HooneyBee_of_DramaQueenStoryTelling

created by Ona

Rabu, 20 Januari 2010

part 3

Aku masih terasing, bukannya aku tidak senang lho. Aku senang bahkan aku takjub. Aku tidak terbiasa boleh dibilang tidak sedikitpun pernah membiarkan seorang pria datang menyerbu merusak area pribadiku. Aku tidak terlalu nyaman khususnya makluk yang bernama laki-laki mengetahuiku dalam keadaan terburuk.
Sulit aku mengatakannya. Intinya aku tidak suka, kalau aku dalam keadaan compang-camping ada pria didekatku. Seperti saat ini ritme terbangun dengan seseorang yang bukan dirimu, masih mengejutkanku. Aku mencari bayanganku didalam cermin yang bergantung didinding kamarku. Apakah aku tampak buruk. Apakah semalam aku mengeluarkan bau-bauan aneh.
Atau kah aku mendengkur, dan demi tuhan rambutku hebat luar biasa berantakan, mencuat keatas sana kemari tak karuan. Pria itu yang masih suami asing bagiku berjalan hilir mudik didepanku. Tak menghiraukanku. Dia tersadar ketika aku melakukan gerakan seakan melompat.
" Hai beb" dia menyapaku dan menekuri kertas itu lagi. Aku terheran kemana sebagian hidupku dibagian lainnya. Tampaknya penggalan-penggalan plot yang kudapat dikehidupanku saat ini, hanya diruangan ini. Sepertinya memori yang kudapat hanya sepenggal cerita adegan diruangan ini, selebihnya hilang. Aku tidak mengambil bagian peranan lainnya.
Aku selalu datang dalam keadaan terbangun, berada dalam ruangan ini. Syukurnya aku tidak berganti peran. Dan sungguh aku mulai menyukai peranan ini. Aku masih takjub tak percaya aku memiliki pria. Dan dia nyata. Disampingku 24 jam.

Oh no aku mulai bergantung dengan perasaan ini. Aku masih memiliki sisa-sisa ingatan dikehidupanku diruang dimensi lain ( ini yang masih tidak kumengerti).
Aku tidak suka meletakkan perspektif kebahagian kehidupan disisi yang ini. Bagiku mencintai itu terlalu berat. Ada konsekuensi harga yang harus kau bayar. Sebagian dari dirimu akan hilang. Dan jujur aku belum siap.
Siapa yah yang memilihkan kehidupanku yang ini. Maksudku apakah bayanganku salah? Selama ini, aku tidak merasa keberatan menjalaninya. Aku senang saja. Sedikit bingung, iya . Hei aku hidup dengan orang asing yang tak kukenal sedikitpun.
Mengingatpun aku tidak mendapatkan gambaran peristiwa lampau dengannya. Aku bertemu dengannya dimana? Apakah kami berpacaran terlebih dahulu? Apakah kami saling mencintai. Apakah aku cinta?
Yang kutahu aku senang dia berada disekitarku dan yah mulai terbiasa.
"Aku memanggilmu apa?" Tanyaku mendekatinya. Dia masih duduk disofa yang terletak dipojok ruanganku.
Dia tertawa.
"Kau konyol memanggilku"
"Masa?, apa?"Tanyaku
"Kodok"dia menjawabnya dan kali ini dia tertawa lagi, keras.
Oke aku memang kacau hei suamiku yang ini mukanya tidak seperti kodok. Aku jamin itu. Sumpah. Dia terlalu bagus dibilang kodok.
"Aku tidak percaya, seleraku menamaimu benar-benar tidak masuk akal, kau ganteng" aku mengatakannya dengan jujur. Dia tertawa lagi. Ada yg lucu dengan perkataanku.
Aku hanya mengungkapkan apa yang ada dipikiranku.
"Aku mau ganti namamu"
"Enggak ah, aku suka dipanggil kodok, tapi sayang ini cuma kita berdua saja diantara kita"jelasnya
"Kau aneh"jawabku
" Tapi terima kasih teramat sangat kau mengatakan kepadaku kalau aku ini ganteng"
"Kau memanggilku apa?"
"Bunny, kau punya dua gigi yang menggemaskan kalau kau tertawa"
Aku langsung menuju cermin. Yang kuingat aku memiliki gigi rapi dan ukurannya hampir sama satu sama lainnya.
Pria itu tertawa, "bercanda, tapi mukamu memang seperti kelinci, imut"
"Apa hebatnya imut"ujarku
"Apakah aku ini tidak bisa dibilang cantik" aku mendekatkan wajahku kepadanya. Dia memandangku satu persatu semua bagian mukaku.
" Cantik, kau memiliki bulu mata terlebat yang pernah kulihat, kau punya lesung pipit jika tersenyum. Dan kau tidak perlu mewarnai bibirmu karena kau memilikinya dengan alami, buny"ujarnya sambil menggodaku dengan nama itu.
Aku tidak pernah mendapatkan pujian selengkap itu. Yang pernah kudapatkan dari seorang cowok dimasa yang aku ingat adalah pujian berupa keren, dan wooow cool.
"Kau sibuk apa sih?" tanyaku penasaran terhadap kertas putih yang dipegangnya
"Ada yang aneh, aku tidak mengira kau hebat menggesek kartu kreditmu, sepertinya kita harus berbicara" jelasnya
"Aku? Memiliki kartu kredit"
Baiklah mimpi ini semakin aneh. Tak kumengerti aku mempunyai tagihan juga. Oh baiklah aku memang memiliki tagihan segunung kartu kredit. Tapi itu urusanku.
Toh selama aku mampu membayarnya. Kenapa pria ini berbicara dengan nada seolah-olah aku habis merampoknya tanpa ampun.
Aku masih ingat, aku hanya menggesek jika perlu. Dan suruh siapa aku berada dalam ruangan ini. Oke aku memiliki benda-benda bagus yang tersimpan dilemari itu. Aku senang. Tapi aku tidak tahu kapan aku membelinya. Dan kapan aku merasakan perasan puas berhasil membeli barang-barang itu.
Aku juga tidak mengira seleraku bermake up mempunyai standart yang.. Tinggi. Hei aku bukan tipikal perempuan bertopeng yang memakai bedak berdempul-dempul sebenarnya. jadi mana aku mengerti kapan datangnya benda-benda itu ada diruanganku.
Dan saat ini aku kena getahnya. Dia marah kepadaku, mengatakan kepadaku bahwa aku harus mengontrol hasrat belanjaku. Sekalipun kartu kredit itu aku mampu membayarnya sendiri.
Dia mengatakan kepadaku bahwa penghasilannya yang masih dibawahku sedikit membuatnya sesak bagaimana mencari cara, agar dia tetap menajdi suamiku.

Sebentar, kemana arah semua ini. Aku tidak mengerti sepenggal dialog yang dimuntahkannya barusan. Bagiku tampak sederet kata-kata yang keluar dengan amarah.
Jadi aku ini , kaya? Wow . dan suamiku hanya penadah saja? Oh mimpiku ini ,kenapa jadi menakutkan. Aku mulai suka keberadaan dia berperan sebagai suamiku. sungguh
Kenapa sekarang tampaknya skenarionya suamiku seperti perampok.jika aku yang memiliki semua ini, kenapa aku bisa memilih dia sebagai suamiku kalau dia sendiri merasa tidak bisa menjadi kendali diantara kita berdua.
Aku yakin mungkin kita telah melakukan hal konyol sehingga tampaknya jalan satu-satunya adalah menikah. Kedua mungkin kami berdua terlalu mabuk satu sama lainnya ketika memutuskan bersama sehingga jalan yang kami ambil saat ini, ternyata salah.
"Kita sudah sepakat, semua biaya kehidupan kita berdua , aku yang menanggungnya, tapi kau harus mengerti sayang. Penghasilanku tidak sebesar milikmu. Dan kita sudah sepakat penghasilanmu memang hakmu. Tapi apa mungkin kau bisa hidup begini terus" tanyanya.
Aku seperti anak SD. Aku benci diposisi seperti ini. Aku seperti kehilangan kebebasan. Apa haknya marah-marah kepadaku. Aku saja tidak tahu bagaimana aku menghambur-hamburkan uangnya.

Dari dulu ini yang kutakutkan. Berkomitmen dengan pria berarti berkomitmen diseluruh bagian hidupku. Uhh aku harus meminta persetujuankah jika aku ingin berkumpul dengan temanku. Apakah dia membolehkanku ketika aku ingin membeli sesuatu dengan uangku sendiri.
Terus apakah aku masih memiliki ruang bagi diriku? Aku mau keluar dari ruangan ini. Cepaaaaat, desakku. Aku memejamkan mata rapat-rapat dan berharap aku berpindah secepatnya.
Tetap aku masih diruangan ini.
"Kau selalu begitu, diam mematung, tak acuh dan selalu mengambil sikap tak berbicara kepadaku sepersekian hari dalam seminngu"ujarnya lagi.
"Apakah aku begitu?" Tanyaku tak berdosa.
"Yah dan kita berdua tidak pernah menyelesaikannya"
Well sepertinya aku ini tidak cocok hidup berbagi dengan pria. Ayoo kembalikan aku,aku memang payah bukan kalau berperan sebagai istri.
Aku tidak cocok mungkin dengan kehidupan ini. Ayo bangun!!!

3 komentar:

  1. Perasaan tadi pagi lo masih bilang ngebet mau kawin, sekarang bilang gk cocok dgn kehidupan nikah. tweww... come on. Every choice has a risk.Which one will it be? to be married? Or to stay unmarried? At least for now? :p

    BalasHapus
  2. @ zona orang gila : that's really Ur name ? :), well just felt that when U read. can U find that? I think fiction or real its like shadow not clearly to define that. happy enjoy my story

    @angelnyaru: I wanna it that life, but for now I enjoy everything I have.

    BalasHapus