Seandainya saja cinderela jaman masa kecilku jalan ceritanya mengikuti masa dimana aku tumbuh dewasa sekarang. Kau tahu kan, bacaan dongeng sebelum tidur.
Cinderela yang berbaik hati, dengan bantuan ibu perinya. Cling semua takdir sudah disiapkan untuknya. Sekalipun dia tersembunyi di balik belepotan asap hitam.
Disembunyikan oleh saudara tirinya supaya tidak terlihat. Kita tahu cinderela memiliki akhir bahagia. Dia akan menikah dengan pangeran tampan yang memiliki istana.
Cinderela tidak perlu bersusah payah. Dia punya ibu peri yang tak tega meninggalkannya sedikitpun.
Itu mungkin sebuah penggalan cerita. Aku cuma bertanya sekarang. Kalau kamu lihat bagaimana si pangeran menjelajah mencari putrinya dan kalaupun ternyata si sinderela yang dipilihnya.
Bukankah kita berpikir bahwa nasib kita bisa dibilang bahagia kalau kita ditakdirkan sebagai si cenderela. Berparas cantik, beruntung karena pangeran memilihnya.
Apakah kita pernah berpikir terus bagaimana dengan puteri-puteri disana yang tidak dipilih pangeran. Apakah berarti semua perempuan akan menjadi rebutan untuk berperan sebagai si cinderela.
Kenapa yah dongeng-dongeng tidak menceritakan fakta sesungguhnya bahwa kita wanita perempuan terlahir mempunyai pilihan. Seandainya saja diskenario cerita dongeng sinderela ada sebuah plot yang menceritakan bagian dimana cinderela, akan
menolak lamaran sang pangeran. Hei cinderela toh belum mengenal sepenuhnya siapa sih pangeran itu. Selain yah wajah tampan, kaya pemilik istana indah. Bagaimana seharusnya cinderela seharusnya mampu mencerminkan bahwa ketika menjadi tertindas dia harus berbuat mengubah nasibnya sendiri.
Tanpa perlu menunggu lamaran si pangeran yang tiba-tiba datang kepadanya. Untungnya itu hanya dongeng. Hei tuhan itu maha baik dan adil. Aku tahu itu kok.
Tapi tuhan mencintai kita dengan suatu cara bahwa jika kau ungin bahagia berusahalah mewujudkannya.
Kurasa nanti yang perlu kuperbaiki dari cerita dongeng kesukaanku cinderela adalah letak kebahagian kita nggak bergantung pada si lamaran pangeran tampan yang kaya itu.
Aku berharap sinderela sekarang adalah cinderela yang tahu apa yang diinginkannya. Kalaupun nanti berkenan dengan bertemu dengan pangerannya. Aku harap cerita menjadi bahwa cinderela sebelum bertemu dengan pangeran sudah bahagia hanya saja ketika dia
dipertemukan dengan pangeran, itu hanyalah pelengkap kebahagiannya yang memang sudah ada sebelum pangeran itu datang. Yang kuharapkan cinderela jaman sekarang adalah cinderela yang mampu membuat pilihan untuk hidupnya.
Bukan pasrah dan langsung mengiyakan lamaran sipangeran begitu saja hanya karena dia tampan dan kaya.
Bukannya aku anti pangeran tampan. Uhh itu masih godaan terberat^-^. Titik persoalannya bukan itu. Hanya saja aku lebih tertarik kepada versi cerita cinderela yang akan keluar dari rumah itu mencari jalan kebahagiannya sendiri.
Tanpa harus menunggu pangeran menjemputnya. Untuk keluar dari lubang itu. Dan seolah berakhir ke pernikahan adalah sebuah akhir perjalanan. Aku lebih menyukai ketika memasuki vase itu
Versi cerita cinderela memiliki pikiran bahwa itu hanya awal sebuah proses yang tentunya tidak lepas dari suatu tantangan yang berbeda sama sekali.
Jadi untuk bahagia bukan harus kita berwajah cantik dan memiliki peri. Tapi kita harus berusaha keluar dengan jalan kita sendiri. Tuhan tidak diam. Itu yang kutahu.
Akhir bahagia pun bukan berarti gak ada masalah sama sekali. Jadi let make us our self to be independent cinderela. Digilai-gilai pangeran tampan, mempunya banyak pilihan, dan mampu berdiri dikakimu sendiri.
Cinderela yang gak pasrah terhadap nasib yang dialaminya, tapi cinderela yang akan menentang cahaya merekahnya matahari yang terbentang didepannya yang tuhan berikan gratis untuk kita semua. Kalau saja kita mampu menangkapnya sinarannya.
Chers!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar