HooneyBee_of_DramaQueenStoryTelling

created by Ona

Rabu, 20 Januari 2010

ini mimpi???? (part 2)

Aku masih belum terbiasa dengan ritme ini. Aku mencari lagi potongan-potongan kecil sebagian diriku. Belum kutemukan juga kecuali beberapa hal yang mulai kusadari hidup seatap dengan pria yang hampir tidak kau ketahui sama sekali membuat aku sedikit terkejut setiap saat.
Aku belum siap. Kejutan apa lagi yang akan kudapat. Hari itu aku terbangun, berharap berada ditempat lain. Salah aku masih ditempat yang sama. Kecuali ada sosok yang begitu rapat mendekat ketubuhku.dia tertidur pulas. Rambut ikalnya sedikit menutup sebagian matanya.
Redup temaram cahaya kamar sedikit menghalangiku melihat jelas bagaimana rupa makluk yang mengaku suamiku ini. Satu hal yang masih kunikmati, dia cukup tampan.aku menggeliat menggeser tubuhku agak menjauh darinya. Aku melangkahkan kakiku. Meminum air putih yang tampaknya selalu tersedia disamping mejaku.
Hei disini aku menjadi apa? Maksudku selain aku mempunyai anjing dan suami sekaligus. Apakah aku mempunyai kehidupan lainnya? Apa aku memiliki keluarga , teman, dan apakah kami berdua memiliki anak?. Tampaknya tidak karena kalau aku memiliki anak kulihat hal-hal yang ada diruanganku tidak terlihat sedikitpun tanda aku memilikinya.
Aku baru menyadari diriku yang sekarang ini sepertinya luar biasa sembrono. Hari ini saja aku hampir tidak tahu bagaimana mungkin lipstikku bisa tergeletak dilantai kamarku. Dan aku hampir kaget ketika pria asing yang kusebut suamiku itu melontarkan kata-kata bahasa yang tak kumengerti.yang kutahu begitu aku menghampirinya dia nyengir dan menunjukkan lipstikku yang melukai kakinya.
Oke aku baru berada diruangan ini, jadi jangan melotot kepadaku, hampir saja aku melontarkan itu. Sampai kudengar dia mengatakan kepadaku bahwa tampaknya aku terlalu berlebihan menghamburkan uangnya hanya untuk membeli lipstik. Buktinya aku seenaknya saja menaruhnya dilantai. Apa dia tidak tahu Aku tidak ingat sama sekali.

apakah hidupku bergantung kepadanya. Aku ngeri membayangkannya. Maksudku tampaknya dikehidupanku lainnya aku belum pernah menggantungkan nasibku ke orang lain.aku memang belum mengenal betul pria ini, tapi rasanya wajar saja ketika ku meminta maaf dan menciumnya. Aku hebat , darimana aku belajar hal ini. Maksudku tadi kulihat dia kelihatan jengkel teramat sangat.
Ternyata ciumanku adalah senjataku. Dia mulai meraih tubuhku. Aku menghentikannya. Memberikan isyarat nanti. Aku tidak tahu apakah aku memang pernah melakukan ini sebelumnya. Sebaiknya aku mulai melakukan investigasi perlahan. Aku tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa berpikir bahwa aku memang siap jika akan melakukannya.
Aku belum tahu kenapa aku berpindah ke ruangan ini. Suatu dimensi waktu yang masih tidak kumengerti.apakah aku menggantikan posisi seseorang yang jauh disana terlontar ke dimensi waktu yang lain, dan mungkin dia mengantikanku sebenarnya.

Saat ini sampai aku tahu sesungguhnya. Tampaknya hal-hal yang menjurus ke sana, aku masih bisa mengendalikannya. Menurutmu apakah aku bakal kelihatan jalang jika kumenanyakan ritme berapa kali kami melakukan itu.dan apakah salah jika aku menanyakan kepadanya, apakah ketika melakukan hal itu aku menikmatinya.
Aku jadi ngeri saja bagaimana aku membagi tubuhku dengan pria yang masih asing bagiku ini. Aku menatap bayanganku sekarang dicermin yang menempel disisi dinding kamarku. Aku tampak bahagia sepertinya. Wajahku bersinar dan aku tampak.. Sehat. Hahhaha. Aku bingung menggambarkannya. Tampaknya sepanjang aku ingat aku sering merasa kelelahan dalam berolah raga mental.
Aku hendak kembali ke kasurku. Dan tampaknya kembali ke dalam gelungan hangat tubuh itu yang saat ini tertidur pulas, membuatku tersenyum senang. Hebat aku mempunyai suami. Meskipun aku tidak tahu siapa dia. Nanti saja aku pikir sepertinya.
Aku mencoba perlahan menata tubuhku. Aku tidak mau dia terbangun. Dia cukup tampan sebenarnya jika dalam keadaan berjalan. Tapi ketika dia menutup mata seperti saat ini, aku baru menyadari suamiku makluk yang cukup menarik yang syukurnya bisa kunikmati setiap saat. Hei ini mungkin menjadi keuntunganku berperan kali ini.
Aku bisa menikmati dia setiap saat.

Kakiku menggeliat tatkala aku merasakan geli diujung-ujung kakiku.
" Kau mau apa?"
Aku terduduk, melihat nyalang disekelilingku. Masih, hmm aku pikir aku bakal meloncat keruang beda lagi. Oh gosh aku belum siap. Sungguh. Berperan menjadi sesuatu tanpa persetujuanmu itu sangatlah membingungkan.
Aku melihat dinding kaca yang terhampar didepanku. Wow aku benar-benar tinggal didaerah menakjubkan. Langit pagi masih sempurna, dengan biru lembutnya yang bersaing dengan beledu putih yang menggelung. Tampaknya mendung.
Aku lihat dia duduk berselonjor disudut sofa putih sambil membaca majalah pria, yang kulihat majalah golf.
"Apakah kau suka golf " tanyaku
Dia tertawa, " tidak" dia membalikkan majalah dan melihat sampulnya.
" Terus kenapa kau membacanya" tanyaku sambil beringsut mengeluarkan kakiku dari selimut hangat. Hampir saja aku membuka selimut tapi sebentar. Aku belum tahu kebiasaanku saat ini. Untunglah tampakanya kebiasaanku tidur memakai kaos tipis tidaklah berubah.
Yah selain seleraku yang berubah tentunya.
"Beb kau yang menyuruhku membacanya"
"Hah , aku? Kenapa? Aku tidak mengerti golf?"
" Sini , kemari" dia memintaku mendekat kepadanya.
" Gak penting, kita pernah bertengkar akan hal ini" jelasnya sambil menyambut tanganku dan tingkahku yang dengan wajar duduk dikakinya seperti hal ternyaman yang aku lakukan.
Sebentar apakah aku tipikal istri pemaksa, aku masih tidak mengerti bagaimana aku memaksa sesuatu kalau memang orang itu tidak menginginkannya.

Aku mulai mencari sepenggal lagi. Apakah aku mempunyai pekerjaan? Aku yakin aku tidak mungkin menerima semua ini dengan gratis.

Anjing bessetku menghampiriku. Aku melangkahkan kakiku menuju area yang seharusnya milikku. Tapi sungguh tampaknya aku juga tidak tahu bagaimana alat-alat itu bekerja. Aku meneliti satu persatu.
Microwave canggih, apakah aku pernah menggunakannya? Wow dan ini aku memiliki pembuat kopi yang terumit yang pernah kulihat. Aku berdoa semoga aku tidak perlu menggunakannya. Aku bisa membuat kopi dengan cara lebih mudah dari itu. Tinggal kau seduh airnya dengan beberapa takaran yang kau rancang sendiri. Dan cling kopi siap dihidangkan.
Tapi aku tidak suka kopi. Jadi aku simpulkan suami asingku yang memilikinya.
"Kau suka kopi yang bagaimana" tanyaku
"Untuk apa? Tanyanya kepadaku
"Oh jadi selama ini siapa yang menyiapkan kopi untuk kita" tanyaku seperti orang bego
"Akulah, kau selalu mengatakan kepadaku buatanku lebih enak ketimbang  punyamu" ujarnya sambil menaruh majalah itu disamping tempat majalah yang tersedia disamping sofa. Dia melipatnya dan menjadi satu bagian, dan hebat kursi itu menjadi bagian yang tampak ringkas tidak memakan space diruangan ini.
Wow satu yang kupelajari dari semua hal yang bisa kuserap. Tampaknya aku memupnyai suami hampir sempurna.
"Aku mau berlari sebentar, kau mau ikut" tanyanya. Aku menggeleng. Aku belum keluar dari ruangan ini. Tapi hari ini tampaknya harus.
" Apakah kita berdua bahagia" tanyaku
Si pria asing itu melihatku teramat dalam dan dia mencium pipiku sekilas.
"Pasti" dia menghilang sambil membawa anjingku.
Apakah ada kisah sempurna saat ini yang tampaknya nyata-nyata benar-benar kumiliki.
Aku berinisiatif keluar berteriak kepada suami asingku, untuk ikut menemaninya, dan sebentar saja menungguku mengganti bajuku untuk jogging.
Hmm jogging?? Seingatku aku nggak begitu suka dengan olah raga. Hei tapi tadi dia mengatakan aku yang memintanya membaca majalah tentang golf.
Memangnya aku mahir yah dengan olah raga itu? Atau kah ternyata aku ini jenis istri gila yang memaksa sesuatu yang sebenarnya dia juga tidak mengerti.
My god tampaknya aku ini jenis istri payah. Siapa sih diriku ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar