Pertama kali aku mengenalnya setahun yang lalu. Dia penulis baru dikantorku yang berhasil direkrut Brady. dia wartawan koran nasional. Cukup pintar, dan ganteng. sebagai wartawan yang menangani kolom selebritis dikorannya terdahulu. dirga cukup metrosexual untuk ukuran sebagai wartawan. terlalu rapi dan sulit buat diajak berkotor- kotor ria. dia menyambut gayung yang ditawarkan Brady dengan alasan ,ingin mengepakkan sayap selebar-lebarnya. maklum sebagai wartawan gossip apalagi sich yang bisa dibuatnya. terbatas banget. cuma berita artis doang. yah itu -itu aja. itu .jujur saja Brady sebagai seorang mentor sangat cukup berbuat terbaik bagi anak buahnya. terlepas dia pemilik perusahaan ini, dia tidak pernah melewatkan untuk membaca setiap kelebihan penulis- penulis asuhannya. walau perusahaan ini sangat terbatas untuk menumpuk berpundi -pundi uang. jujur saja salah satu alasanku untuk tetap bertahan di tempat ini hanya itu . jaman sekarang mencari tempat berkarya tanpa dilindasi benefetial melulu kok yah susah amat yach.
kembali ke dirga. aku sempat heran kenapa dia terlalu rapi berpakaian ketimbang Brady sebagai seorang bos. aku sempat bergosip dengan saskia. saskia sempat mendelik ketika aku mengomentari dasi biru yang menjerat lehernya. pertama kali dia memamerkan wajah gantengnya hanya seperempat saja di balik dinding ruangan kantorku. miting hari senin waktu itu. well untuk pertama kali bekerja dan dia terlambat, sesungguhnya bukan kesan yang baik. tapi sungguh kesanku kepadanya waktu itu aku hanya ingin memperbaiki lebih tepatnya ingin mengetatkan dasinya saja hahhahahhhhaa.
pertemuan kedua aku mulai dibuat kagum olehnya. untuk ukuran pria dia sangat.... memukau. wangi , bersih dan gossshh aftershavenya benar-benar menusuk hidungku sebelum dia nongol dimukaku. ah aku juga mengatakan bahwa untuk ukuran pria, dirga sangat kalem. pembawannya sangat sesuai dengan penampilan luarnya. cool dan ayem ( bahasa jawa yang artinya tenangnya luar biasa).
terus gimana kok bisa berpacaran dengan Dirga.well saya bingung mulai dari mana. boleh dibilang aku perempuan yang mulai labil kambuhnya ditengah usia yang hampir merangkak diusia 30 tahun lebih. maksudku ini benar- benar pacaran yang sangat aku rencanakan. aku selalu terkesima ketika Dirga mulai terlalu sering hadir diruanganku. entah hanya mengirimkan brownies walau sebiji. dan kadang-kadang ada kopi dimejaku. semua itu dirga yang melakukannya. lucunya sepertinya dirga ingin aku mengetahui semua bentuk -bentuk usahanya. aku masih berpikir well pria ini cukup bisa kusuguhkan kepada orang tuaku. pria tempo waktu yang kukenalkan kepada bapak ibuku sangatlah... tertolak. yah aku seharusnya menuruti kata abangku kalau pacaran dengan salah satu anggota band, terlalu riskan buat bapak dan ibuku yang mana juga terlalu taditional. kecuali aku bisa membawa penyanyi keraton. tapi mana ada sich jaman sekarang , penyanyi jawa sekeren penyanyi band. gak ada. jadi dengan usiaku sekarang. tentunya ketika memikirkan pria. hanya satu pikiranku. apakah dia berprospek untuk kusuguhkan kepada bapak dan ibuku. masalah cinta ? welll lupakan. aku sudah terlalu membuang waktu untuk hal itu.
lucunya dirga bahkan tidak menolakku ketika ku bertanya apa maksud semua perhatiannya. dan maaf siapa yang tidak GR coba ada bunga sebegitu gedenya dengan vas kaca teronggok dimejaku. siapa saja yang melewatinya pasti terhibur matanya buat melongok lagi. woohooooo well dia manis. dan cukup permainan ini. aku meminta dirga masuk kedalam ruanganku. dan begitulah aku malas bermain -main denganya. kalau memang ada maksud lebih baik saat ini cepat dia mencobanya. kalau tidak singkirkan bunga itu dan berhenti mengirimiku brownies - brownies itu yang mulai bikin perutku melebar hebat.
dirga tertawa mendengar ucapanku. tiba-tiba dia berdiri memegang tanganku dan mengatakan " ok baiklah demi tetap bisa masuk diruanganmu sebaiknya tawaranmu aku terima", dan kami bersalaman. yeahh konyol. tapi sejujurnya setelah dirga meninggalkan ruanganku , aku merosot duduk dikursiku. menarik nafas panjang , dan berpikir aku gila. well ini cara yang benar menurutku. aku akan bisa membawa dirga nanti. diacara keluargaku . dan weell satu hal yang ingin kulakukan aku ingin semua orang bangga kepadaku bahwa kali ini pria yang kusuguhkan kepada keluargaku benar-benar mampu memenuhi semua bayangan keluargaku bagaimana seharusnya pria yang harus kusanding. ganteng, sopan , beradab, teratur, mapan dan alim , kalem dan laa..laaaaaaaaaaa. dan dirga satu-satunya pria yang pas dengan tuntutan itu ketimbang pria-pria yang hadir di waktu-waktu senggangku, hehehehe.
awalnya aku sangat menikmati setiap bisikan keluargaku yang mengatakan kepadaku " nah gini dong nduk , bagus bocahe" dan aku cuma tertawa. yeaaahh. aku melihat dirga yang dikelilingi sepupu-sepupuku. well aku yakin mereka pasti ingin mengorek-ngorek kemana aku membelinya. dan sungguh dirga hadir disaat keputusasaanku. laaa dia datang dan bisa kuambil. pertama kali memutuskan berpacaran dengan dirga . aku tidak pernah berpikir bakal serumit ini. maksudku dirga mulai menuntut waktuku. dia sering ngambek kalau saja aku tiba-tiba membatalkan janji makan malam dengannya. belum lagi aku terkadang terlalu lelah mengikuti irama kehidupan sosialnya. pesta ketempat artis si ini dan pesta ke artis itu. wow seharusnya aku bangga, aku mulai masuk jaringan sosialite. tapi sumpah aku kehilangan ritme pribadiku yang sangat kusenangi. misalnya berdiam diri dikamar tanpa melakukan apa-apa. dan mulai tidak nyaman dirga memasuki apartemenku. aku jadi nggak isa bertelanjang ria lagi , hffffhh.
puncak-puncaknya adalah ketika dirga terlalu bergantung kepadaku. aku mual. bisa loh dia meneloponku dengan alasan sakit dan dia pengen aku menjemputnya sehingga kami bisa berangkat bareng ke kantor. ya Tuhan dipikir aku ini sopir taxinya. tapi atas nama pacaran , ok baiklah sekali ini aku menurutinya. belum lagi sifat kepemilikannya kepadaku. dipikir aku ini barangnya?. dan sungguh cemburu luar biasanya sangat menyiksaku. bayangin dia paling gak suka dngan pacar sahabatku yang berkebangsaan bule karena menurunya dia terlalu lama mencium pipiku. ohh goshhhhhh.
saskia teman kantorku mengatakan cowok seperti itulah yang aman untuk dinikahi. hmm well iya sich siapa juga yang tahan kalau menikah dengan pria jelalatan. tapi wait menikah? bukankah itu penjara seumur hidup ????, dan aku harus dengan dirga. well bayangan itu menakutkan , sungguh. bahkan ditengah makanan enak yang kunikmati melihat bayangan ke depan bakal menikah dengan dirga , tenggorokanku susah membantuku menelan makananku. dan begitulah aku lari dengan memutuskan hubungan yang kuminta dan kuputuskan semua secara sepihak. gosh aku tahu , aku jahat. mungkin kalau dirga bisa menelanku saat itu sepertinya dia akan melakukannya
berjalannya waktu , aku mulai merasa dari diantara kita berdua. sepertinya aku adalah pengendali semuanya. aku tidak tahu apakah ini sebenarnya menguntungkan bagiku . mengingat aku juga bisa mati berdiri kalau saja aku mendapatkan pacar jenis posesif . mendapatkan pacar macam dirga jujur saja itu sangat tidak mengganggu sama sekali. apalagi dirga sangat tahu benar kesibukanku sebagai penulis. dia tidak pernah menuntutku hadir disetiap sabtu minggu. dan tidak pernah menuntutku untuk hal - hal tidak penting lainnya. kecuali waktu itu dia minta kepadaku sediikit ketergantungan. aku bingung. ketergantungan apa? uang ? no way aku bukan jens perempuan itu . kalau nanti kita berdua putus , mau dikata apa aku nantinya. ketergantungan emotional. hmm dari dulu aku paling tidak terlalu menyukai bergantung secara emotional dengan pria. terlalu berat dan terlalu rumit. aku belum siap. tapi aku butuh pacar.seseorang yang membuatku normal kalau yah aku punya kehidupan lainnya ditengah-tengah kepadatanku mencari sesuatu yang masih tidak kumengerti sekarang.
ini salahku aku tidak terlalu ambil peranan dalam hubungan ini. apa yang kurasakan malah sepertinya aku ini manusia yang membeli robot untuk kujadikan pasangan. dan berlambat perasanku menjadi mendingin. semula hubungan baik yang terjalin diantara kami. walau hanya sepotong brownies penyebabnya. tapi aku dan Dirga tidaklah semanis dulu. aku bahkan sering menyalahkan dirinya kalau dia membuntutiku setiap jeda waktuku yang padat , tiba-tiba saja dia nongol diruanganku. seolah - olah dia pemilik dan penghuni ruangan kantorku juga. aku terkena sindrom kepemilikan sepertinya.
berjalannya waktu , aku mulai merasa dari diantara kita berdua. sepertinya aku adalah pengendali semuanya. aku tidak tahu apakah ini sebenarnya menguntungkan bagiku . mengingat aku juga bisa mati berdiri kalau saja aku mendapatkan pacar jenis posesif . mendapatkan pacar macam dirga jujur saja itu sangat tidak mengganggu sama sekali. apalagi dirga sangat tahu benar kesibukanku sebagai penulis. dia tidak pernah menuntutku hadir disetiap sabtu minggu. dan tidak pernah menuntutku untuk hal - hal tidak penting lainnya. kecuali waktu itu dia minta kepadaku sediikit ketergantungan. aku bingung. ketergantungan apa? uang ? no way aku bukan jens perempuan itu . kalau nanti kita berdua putus , mau dikata apa aku nantinya. ketergantungan emotional. hmm dari dulu aku paling tidak terlalu menyukai bergantung secara emotional dengan pria. terlalu berat dan terlalu rumit. aku belum siap. tapi aku butuh pacar.seseorang yang membuatku normal kalau yah aku punya kehidupan lainnya ditengah-tengah kepadatanku mencari sesuatu yang masih tidak kumengerti sekarang.
ini salahku aku tidak terlalu ambil peranan dalam hubungan ini. apa yang kurasakan malah sepertinya aku ini manusia yang membeli robot untuk kujadikan pasangan. dan berlambat perasanku menjadi mendingin. semula hubungan baik yang terjalin diantara kami. walau hanya sepotong brownies penyebabnya. tapi aku dan Dirga tidaklah semanis dulu. aku bahkan sering menyalahkan dirinya kalau dia membuntutiku setiap jeda waktuku yang padat , tiba-tiba saja dia nongol diruanganku. seolah - olah dia pemilik dan penghuni ruangan kantorku juga. aku terkena sindrom kepemilikan sepertinya.
dan akhirnya sampai aku bertemu zeus fotografer lepas yang mulai bersarang dikantorku. aku benar-benar tahu apa sekarang yang namanya getar-getar itu. . dan untuk berpikir menikah ,aku tahu ternyata untuk memiliki pikiran itu sangat bergantung dengan siapa pria yang ingin kuajak menikah. yeah kalau aku pernah mengatakan cinta terlalu tua untukku. well sepertinya saat ini salah satu dorongan meninggalkan dirga adalah aku tahu bagaimana cinta itu buta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar