HooneyBee_of_DramaQueenStoryTelling

created by Ona

Minggu, 20 September 2009

malam itu

Untuk pertama kalinya aku membiarkan orang lain melihatku menangis. Bayangkan, gw adalah tipikal yang gak bisa membiarkan orang lain tahu bahwa saya bisa menangis juga.
Oh saya gemar menangis untuk hal-hal sepele yang mungkin menurut orang lain terlalu enteng dibuat menangis. Tapi gue punya kebiasaan kayak itu, hehhe.
Malam itu tanpa tersadar saya menangis. Demi Tuhan saya tidak bisa menahannya. Ohh kalau saja kau tahu bagaimana orang lain itu begitu bingung melihat saya menangis didalam taxinya.
Yah saya menangis didalam taxi dan orang lain yang melihat tak lain adalah si sopir taxi.

Rabu malam, waktu itu bagaikan malam paling menyebalkan yang pernah saya alami. Paginya saya masih riang menanggapi hari itu dengan riang.
Hei nanti malam saya mudik, sudah terbayang dimata bahwa hari itu , hari paling saya tunggu. Untuk berkumpul dengan keluarga.
Hari itu saya memutuskan, saya akan pergi ke salon supaya saya pulang mudik dengan wajah segar. Maklum hari itu gw bener-bener kejar setoran buat menyelesaikan kerjaa,
Secara gw cuti duluan ketimbang yang lain jadi keluar kantor dengan jam normal dengan anggapan bahwa toh pesawat bakal take off jam sepuluh malam.

Benernya nggak ada yang aneh si, dengan malam itu. Oke jakarta cukup macett tapi gw pikir biasakah kan jakarta emang gitu. Jadi rencana ke salon masik keukeu gw kerjakan.
Dengan harapan bakal bikin mood segar. Hmm sepertinya mencoba-coba mengeblow disalon sembarangan yang belum ketahuan bagusnya lebih baik jangan dilakukan.
Kalau salon langganan gw nggak nolak. Gw nggak bakal deh disalon itu. Oke gw masih ngasih kesempatan buat tuh salon.
And you know whatt. Gilaaaa tuh salon emang gila. Si kapster gosiiipp melulu dan lebih bikin sterssnya , udah nyuruh gw menunggu lama.
Gilaaaa hasil kerja mereka nggak sepadan banget. Rambut gw malah kusut. Sialan. Dengan masih kesalnya gw akhirnya mengakhiri blow itu . Walaupun blow rambut gw belum selesai.
Bodo ah toh hasinya jauuuuuh dari keinginan.

Masih dengan memendam kekesalan dihati. Gw menuju kosan buat bersiap menuju bandara. Ok masih setengah delapan jadi gw masih tenang. Bahkan gw masih bisa bebersi kosan sebelum gw tinggal.
Jam delapan malam gw menuju bandara dengan taxi. Tentunya dengan harapan toh gw akan transit duku ke blok m buat naik damri menuju bandaranyam
Yang bikin gw stress berat kenapa perjalanan dari kosan menuju blok m bisa begitu lamanya. Bayangin aja dengan jam sepuluh malam gw mesti take off dan jam sembilan gw masih diwilayah jakarta selatan.
Sesampai diblok m , gw dapat kejutan lagi. Bis damri menuju bandara hanya sampai jam tujuh. Damn it. Akhirnya saya harus naik taxi.
Nggak terbayangkan, kalau tahu gitu kenapa gue harus puter-puter segala. Tahu gitu kan gw bisa langsung masuk tol.
Akhirnya dengan naik taxi untuk kedua kalinya. Tak terbendung lagi saya menangis sesenggukan.
Ah andai saja saya memiliki seseorang. Lucu yah tangisan gw malam itu bukan karena rentetan kekesalan yang sudah bermulai dari salon sialan itu sampai jakarta macet dan akhirnya saya ketinggalan bus damri.
Justru saya menangis kenapa saya selalu dalam posisi sulit seorang diri. Dengan jam setengah sepuluh masih ditol. Gw nggak bisa bayangin bagaimana bisa gw harus nyampek dibandara dalam waktu setengah jam.
Jakarta hari rabu itu begitu menggilaaaa macetnya. Satu hal saya hanya menangis sesenggukan dan berdoa. Tiket gw dah mahalnya minta ampun.
Itulah kenapa gw udah pusing membayangkan kalau gw bakal terlambat ke bandara.

Untungnya sopir taxi mnegerti kegundahan gw. Dengan segala daya si sopir berjajnji mengusahakan ke bandara dengan cepat.
Selama perjalanan selain menangis tak henti-hentinya gw komat kamit berdoa.
Tahu tidak sih gw menangis karena mempunyai perasaan betapa sedih ketika gw dalam kondisi sulit, gw harus melakukannya sendiri.
Oh lucunya kenapa gw menangis. Demi tuhan, kalau saja allah tidak baik dengan saya apa jadinya.

Hari itu allah masih mencintai gw. Yah ditengah kesulitan gw yang harus diselesaikan dengan keterbatasan. Gw selamat juga.
Hmm begini yah kalau tidak punya siapa-siapa. Kalau ingat gw bisa berhasil juga selaamat, gw jadi pengen tertawa dengan apa yang gw lakukan sedetik yang lalu.
Menangis didalam taxi dan sesenggukan sampai si sopir begitu galau mencoba mendiamkan gw.
Teruss apa jakarta bikin trauma. Enggak juga, hei gw tahu kok dijakarta memang seorang diri tapi ya ampun allah masih menolong. Jadi nggak ada alasan buat gw untuk tidak kembali kejakarta hanya karena alasan gw seorang diri bertarung dijakarta, hehhehe.

Kalau gw sempat menangis yah jujur secara alami merasakan kelemahan gw itu terasa serangkain peristiwa yang memang harus terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar